Ramai Sepi Bersama di Ramadan yang “Beda”

13/05/2020 § Tinggalkan komentar

 

Alhamdulillah ya kita sudah hampir memasuki setengah bulan ramadan di tahun ini. Semoga selalu istiqomah tadarusnya, zikirnya, belajarnya dan yoganya tiap hari (HAHA ini note to my self ya). Saya jadi ingat, sekitar 3 minggu sebelumnya; saya dan adik saya yang paling kecil sempat saling galau karena di ramadan tahun ini kita tidak ketemu sama sekali. Untungnya kita tetap silaturahmi setiap hari, ketemuan virtual dengan saling berbagi kabar via sosial media; chat-an, stalk via instagram dan video call. Bercerita apa saja, mulai dari sahur pakai apa, buka puasa pakai apa, ngobrolin ide bisnis yang kita bangun berdua, atau kadang ngobrol ngalur-ngidul yang lucu-lucu dan menarik.

Salah satu hal menarik yang pernah kita obrolin adalah iklannya Ramai Sepi Bersama – IM3 Ooredoo yang biasanya muncul sebelum menjelang azan magrib berkumandang. Menurut saya relate banget sama situasi saya dan adik saya yang mesti jauhan selama ramadan karena efek pandemi Covid-19 ini. Berikut link videonya di sini: Ramai Sepi Bersama.

« Read the rest of this entry »

Persiapan Pernikahan “Budget Control” Tanpa WO – Cerita Pernikahan di Tangerang

28/04/2020 § Tinggalkan komentar

Halo 2020!
Lama sekali saya nggak share cerita di sini. Tepat hari ini, setahun yang lalu, saya telah berada pada pengambilan langkah paling ekstrem yang saya buat dalam hidup saya. Yaitu ketika memutuskan untuk menapaki kehidupan ini tidak sendirian lagi, tapi sekarang saya punya imam yang harus saya taati.

Saya pernah reply tweet seseorang di twitter saat bahasan tentang persiapan perniakahan, ternyata banyaaaak bangeeeet yang pengen tau bagaimana saya manage biaya pernikahan kami.

 

 


« Read the rest of this entry »

Sebelum Mengambil Keputusan Besar Itu…

29/05/2018 § 2 Komentar

Dad, i miss our talks…

Hari ini, kira-kira sudah 55 hari saya tidak pernah berinteraksi lagi sama papa saya. Kangen. Kangen banget ya Allah… Satu hal yang paling saya kangen adalah saya ingin sekali diskusi banyak hal sama papa saya. Sebagai perempuan yang belum menikah, satu keputusan besar pasti nanti akan saya ambil. Dari dulu saya nggak pernah membayangkan untuk bisa mengambil keputusan besar itu tanpa papa saya, yaitu orang yang tentunya akan mendoakan saya, memikirkan saya, serta membukakan pikiran saya.

I need it…

Saya butuh papa saya dalam menilai seseorang itu baik atau tidak untuk kehidupan saya. Saya butuh papa saya untuk menasihati saya agar saya bisa menjadi sosok yang baik untuk seseorang itu. Saya butuh papa saya untuk menasihati seseorang itu manakala ternyata seseorang ‘mengecewakan’ saya. Saya butuh papa saya untuk membantu saya dalam mengambil keputusan itu.

Bisa dikatakan, saat ini saya sebenarnya “takut” ketika ada laki-laki yang mendekati. Saya takut saya salah dalam menilai serta dalam mengambil keputusan. Tapi, dari sinilah saya tahu, ternyata ilmu saya masih sangat sedikit, pemahaman saya terhadap ibadah pernikahan ternyata masih sangat sempit. Saat ini yang bisa saya lakukan ya hanya bergantung pada petunjuk Allah. Bagaimana jalannya memang seharusnya saya mencari tahu, saya seharusnya mempelajari lebih banyak lagi… « Read the rest of this entry »

Literally, Me (Before) 24-Year-Old

14/05/2017 § 8 Komentar

 

Welcome blog!

Actually, I don’t know why I wanna share this problem in internet. I just want to write it and maybe I can read on another time sambil berkata: “Gils saya pernah semerana ini kah sebelum 24 tahun?” HAHA. No no no! I’m not desperate like you think, I’m fine… I still wait how Allah suprising me…

Menjadi umur menuju 24 menurut saya menyenangkan. Semacam semua khayalan jaman sekolah dulu, jaman kuliah dulu sudah nggak ada lagi. Kita harus bisa survive sama idealisme kita, ya walau idealisme itu kekikis sama hal-hal yang realistis. Stay little realistic is a must, yes I think so.
« Read the rest of this entry »

Spirit Quotes for You, Fighter!

02/12/2016 § Tinggalkan komentar

a83ac88799758d996ae92da0517db777

“Ketika habis wisuda, kita diambang 3 pilihan: Nikah, S2, Kerja. Semua pilihan ada ditanganmu. Ambil satu = menunda kedua lainnya. Kalau mau S2 dengan beasiswa, boleh persiapannya sambil kerja, asal sertifikat IELTS sudah ditangan dengan score memenuhi syarat. If not, nanti pas kerja nggak yakin bisa fokus IELTS. Waktu kamu sudah habis dengan load pekerjaan kantor. Bisa siiih sambil kerja sambil siapin IELTS, tapi ya nggak cepet, karena belajar menjadi sekunder dibanding pekerjaan yang sedang dijalani. One thing, bear in your mind: Orang yang sedang mengejar beasiswa S2 aku bilang abnormal. Seperti pada umumnya… saat orang lain habis lulus itu bekerja. Bagi beasiswa hunter masih gerasak-gerusuk nyiapin persyaratan. Beban moral, ditanya orang sibuk apa, nggak kerja, nggak nikah. Yes, kamu bakal tertinggal 1 step sama temen-temen kamu yang sudah bangun karir. No worries, one day ketika kamu berangkat studi ke luar negeri, you are a step ahead of them. Then, kalau IELTS sudah rapi, silakan kerja buat pengalaman. INGAT, tidak kerja yang terikat kontrak terlalu lama, maksimal 1 tahun minimal 6 bulan. Kampus kita pasti akan terima kepulangan anak kandungnya sendiri, terutama kalau kamu kembali ke fakultasmu. So, break a leg, sweety!”

Huhu, maafin. Lagi mellow banget, nggak tau mau cerita ke siapa. Kebetulan pas sharing-sharing dinasihati dengan kalimat diatas. Semoga kalau lagi galau kaya saya; bisa sedikit punya pencerahan buat galau bareng! 😀